Sunday, April 15, 2018

Blooming Day






So baby, can I be your boyfriend, can I?
I want to show you a world you’ve never seen
So baby, can I be your boyfriend, can I?
If you want, I want to give you everything

Mata Raras mengikuti sosok paling tinggi dengan rambut perak di layar. Pria tersebut mengenakan setelan kemeja putih dengan celana panjang hitam dan jaket dengan warna senada dengan celananya, dalam kondisi semua kancing depan terlepas. Terlihat tulisan berwarna merah akan kota yang dianggap paling romantis di dunia, Paris, secara terbalik pada bagian depan Jaket. Terdapat kalung choker berwarna hitam menghiasi kerah kemeja putih. Riasan wajah cukup berat pada area mata, dengan eyeliner hitam pekat, memberi penekanan yang cukup akan tatapan mata dalam. 
“Aduh!” Raras memekik ketika sebuah kotak berwarna cokelat dilempar ke arahnya. Sekilas melirik, Raras langsung berteriak terkejut.
“Kakak! Aduh, ini kan sudah kutunggu-tunggu,” sungut Raras mengambil kotak tersebut yang tergelincir jatuh dari punggungnya ke arah lantai.
“Pasti Korea-Koreaan lagi deh, sama kayak yang lagi kamu tonton itu,” Mira, kakak Raras, beranjak ke sisi tempat tidur, menggeser posisi Raras dari depan laptop. “Siapa namanya ini? Baki? Bayun?” Mira menunjuk ke arah layar laptop.
“Baekhyun, Kak. Ini bukan Koreaan, EXO namanya. Ih Kakak, sudah berapa kali dikasih tahu,” erang Raras sambil membuka bungkusan cokelat yang dilempar Kakaknya tadi. Mira menggangguk-angguk mencoba memahami, matanya masih tertuju pada layar yang menayangkan video yang tampaknya sudah diulang Raras entah berapa kali, terlihat dari aktifnya tombol loop di kanan bawah. Puluhan kali sudah Raras menjelaskan mengenai Baekhyun dan EXO ini, namun tetap susah bagi Mira menyimpan dalam ingatannya.
“Rrrrt,” suara ponsel Raras membuyarkan kegiatan keduanya. Raras segera mengambil ponselnya dan mendapati satu nama yang tidak asing muncul di layar. Mira melihat sekilas pada layar ponsel yang diletakkan di sebelah laptop.
“Elya masih menghubungimu?” Suara Mira meninggi, mengenali caller ID tersebut.
“Tenang saja, Kak. Sekarang berbeda,” Raras mengerling dan memencet tombol hijau di ponselnya, bersiap menjawab panggilan tersebut.

***

“Pasti Kakakmu yang mengerjakannya!”
Raras mendongak ke arah sumber suara, memastikan suara itu ditujukan kepadanya, ia menunjuk ke arah dirinya tidak yakin.
“Iya, kamu! Siapa lagi,” Elya nampak tidak sabar. “Kamu ingin nilaiku jatuh di kelas Bu Ina, sehingga kamu minta tolong Kakakmu si juara kelas mengerjakannya,” gusar Elya gemas. Tangan kanannya mencengkeram lengan kiri Raras hingga memerah. Raras yakin warna tersebut setidaknya akan bertahan tiga hari lamanya.
“Aduh, aduh,” Raras berusaha melepaskan dirinya, namun cengkeraman Elya bertambah erat. Sekarang, tangan kiri Elya merambah ke ujung rambut sebahunya, menariknya tanpa ampun. “Aduh!” Erang Raras, nafasnya tercekat.
“Kamu benar-benar tidak tahu malu ya, kamu bisa apa tanpa Kakakmu?”
“Aku... mengerjakannya... sendiri,” eja Raras tersengal-sengal. Kedua tangannya berusaha melepaskan genggaman tangan Elya di lengan dan rambutnya. Ia menyesal tidak mengindahkan Ria untuk menemaninya tadi, sekarang ia terjebak di kamar mandi berdua dengan perempuan ini.
“Kamu simpan saja semua bualanmu, aku tidak akan percaya,” Elya menarik rambut Raras lebih kuat lagi. Raras merasakan beberapa helai rambutnya terlepas dan jatuh mengenai tengkuknya.
“Tolong lepaskan aku, tolong,” lirih Raras.
“Kamu itu tahu diri sedikit. Otak pas-pasan, tampang juga. Tapi kelakuan kurang ajar sekali,” Elya meludah tepat di muka Raras. “Anggap ini peringatan pertama,” Elya melepaskan genggamannya pada rambut dan lengan Raras. Sebelum meninggalkan Raras, ia mematut dirinya di depan kaca toilet, memastikan seragam sekolahnya tetap rapi setelah sebelumnya Raras sempat menarik-nariknya.
Raras ingat betul peristiwa itu. Tidak sampai sehari setelah nilai tugas Biologi keluar, mata pelajaran yang selama ini dikuasai Elya, menempatkan Raras berada di peringkat pertama dengan nilai yang cukup jauh dengan Elya di posisi kedua. Raras saat itu cukup terkejut dengan hasil tugas praktikum tersebut, bukan karena ia bisa melejit ke posisi pertama, tapi lebih karena Elya turun posisi. Raras bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas tersebut. Mira memang memberinya beberapa saran, kakaknya itu sangat pintar di semua bidang,  namun Raras berani sumpah bahwa tugas tersebut dikerjakannya sendiri.
Sejak itu, Elya tidak berhenti mengganggunya. Elya cukup populer di SMA Kusuma Bangsa, pengaruhnya kuat, teman-temannya banyak. Tidak butuh waktu lama untuk menjadikan Raras sebagai pecundang nomor satu di sekolah. Raras selalu pulang sekolah berbalut sweter kuning kesukaannya yang warnanya sampai berubah menjadi krem, akibat terlalu sering dipakai. Semua ia lakukan untuk menutupi memar di kedua lengannya.
“Kok memarnya ga hilang-hilang sih, Ras?” Mira satu kali bertanya.
“Kakak kan tahu, aku ceroboh. Kemarin kepentok meja, Kak,” bohong Raras.
Mira menatap Raras dengan pandangan penuh tanya, paham akan sikap Raras yang tidak suka didesak, Mira memutuskan memercayai adiknya.
Tidak sampai ketika Raras dilarikan ke rumah sakit, akibat patah tulang yang diaku Raras akibat keseleo saat bermain bola voli, baru Mira mengetahui kejadian sebenarnya dari Ria, sahabat Raras.  
“Raras memang keseleo saat bermain bola voli, Kak.” Ria terdiam, mencoba mengatur kalimatnya. “Tapi itu disengaja, area Raras berpijak saat melakukan serve, sangat licin,” akhirnya ia memutuskan berterus terang.

***

“Halo,” Raras mendengarkan suara di ujung ponsel dengan seksama. Sesekali ia mengangguk pelan. “Bagus deh kalau gitu, jangan lupa besok dibawa ya tugasnya. Oke. Sampai besok.” Raras memutus panggilan. Mira mengamati adiknya, ia menaikkan sebelah alisnya ke arah adiknya.
“Elya telepon karena?” Mira tak sabar lagi. Adiknya tidak juga membaca kode yang dikirimkannya.
“Oh itu,” ujar Raras tidak peduli, pandangannya tetap terfokus pada paket cokelat yang sekarang telah berubah bentuk menjadi album terbaru EXO-CBX bertajuk Blooming Days. “Dia memberitahu kalau tugas Biologi untuk besok sudah selesai, dia akan membawakan dua rangkap. Satu untuk aku,” lanjut Raras. Tangannya mengeluarkan photobook dari album yang digenggamnya, membuka lembar demi lembarnya dengan seksama.
“Kok... bisa?” Tanya Mira. Nada suaranya perpaduan antara heran dan takjub.
Raras meletakkan kembali photobook tersebut dan memusatkan perhatiannya ke arah kakaknya, “kakak tahu kenapa aku suka Baekhyun?” Mira menggeleng. “Baekhyun itu salah satu anggota EXO dengan masa pelatihan paling pendek, namun bisa menjadi vokal utama di Grup. Ia juga terkenal suka berbicara terus terang, sehingga sering menimbulkan kontroversi akibat ucapan-ucapannya. Kedua hal tersebut, membuat dia menjadi anggota dengan jumlah haters yang cukup banyak. Ia dianggap sombong, tidak tahu diri dan hal-hal buruk lainnya.”
Mira mencoba mencerna penjelasan Adiknya. Terdengar seperti dirinya, sosok Baekhyun ini.
“Seperti Kakak kan?” Raras seperti membaca pikirannya. “Aku ingin seperti Kakak, ingin seperti Baekhyun. Tapi aku butuh waktu, karena aku bukan Kakak. Aku butuh waktu untuk berani. Karenanya, aku berterima kasih hari itu, di rumah sakit, Kakak mendengar permohonanku. Aku janji pada Kakak aku akan menghentikan semua perbuatan Elya padaku. Aku tepati janjiku.”
Mira menggeser posisi duduknya, mencari tempat yang nyaman. Sepertinya penjelasan adiknya akan memakan waktu cukup lama.
“Baekhyun baru saja terlibat dalam satu kontroversi akibat salah ucap. Sebenarnya itu tidak sepenuhnya salah Baekhyun, tapi ia tetap meminta maaf. Ia tidak ingin banyak pihak menjadi bertengkar karena dirinya. Ia mengorbankan dirinya demi ketenangan banyak pihak,” Raras berhenti, seakan berpikir. “Hal itu membuat aku tersadar. Aku bisa melakukan hal yang sama. Aku meminta maaf pada Elya. Secara terbuka. Aku tulis di majalah sekolah, broadcast di media sosial serta mengirimkan surat pribadi untuknya juga. Aku minta maaf apabila selama ini ada perilaku aku yang mengganggu dirinya.”
“Tapi, Ras,” potong Mira.
“Kak, seperti Baekhyun. Aku tidak masalah apabila hal tersebut membuat aku menjadi rendah. Aku hanya ingin semuanya selesai, damai. Capek, Kak.” Raras tersenyum. “Terbukti, banyak teman-teman ternyata mendukung permintaan maafku itu, hal itu membuat Elya malu untuk tidak memaafkan aku, kan. Sekarang, sebagai balasannya, ia selalu menawarkan diri membantu aku sebisa dia. Ia menyesal juga, Kak. Rasa iri menjadikan ia seperti itu. Win-win kan, Kak.”
“Aku tidak sangka kamu sudah besar ya,” Mira mengacak-acak rambut Raras. “Semua Koreaan ini ternyata ada gunanya juga.”
“Ih, Kakak.”
“Ayo, deh, sekarang Kakak mau lihat ini semua lagu-lagunya seperti apa, sih. Kayanya boleh juga ini yang rambutnya cokelat,” gurau Mira sambil kembali menunjuk ke layar kaca.
“Chen ini, Kak. Dia vokal utama juga...,”
Mira hanya mengangguk-angguk mendengar ocehan adiknya yang lebih panjang dari sebelumnya, saat ia menjelaskan tentang Elya. Kali ini Mira mendukung seratus persen kesukaan Adiknya tersebut. Ternyata ada manfaatnya juga.

Today, I feel blue
Feeling like I'm trapped, that kind of mood
But you're the master key who'll unlock me
Your joyful colors change my days, yeah

***

1300 kata
Ditulis untuk mengikuti event Femii Active Girl - Fan Fiction Competition
Inspirasi cerita dari video klip terbaru EXO-CBX berikut ini:



0 comments:

Post a Comment