Sunday, July 26, 2020

Hamil di Masa Pandemi





Saat pertama tahu hamil di awal tahun ini, sempat terkejut karena tidak menyangka sama sekali akan tiba saatnya (kembali) hamil. Setelah menunggu dari kelahiran anak pertama di 2015, keinginan menambah anak sebenarnya sempat sirna. Jadi tentu saja ini sebuah hadiah awal tahun yang luar biasa untuk saya. 

Sempat bingung karena di awal tahun ini, ada beberapa agenda aktivitas yang sedang dan akan saya lakukan. Berbeda dengan kehamilan di tahun 2015, di mana fokus utama saya hanya bekerja, dua tahun terakhir ini saya memutuskan untuk lebih fokus pada area pengembangan diri - salah satunya tentu mengikuti berbagai macam kegiatan dan komunitas. Selain itu, di tahun 2015 saya dan suami juga memiliki waktu kerja yang hampir sama - otomatis setiap hari kami selalu berangkat dan pulang kerja bersama. Tahun ini? Jam kerja kami sangat berbeda, mau tidak mau saya harus menggunakan transportasi umum. Padahal kalau melihat segi usia, sudah jauh sekali juga kondisinya dibandingkan lima tahun lalu haha. 

Kemudian entah apakah ini anugerah dari Tuhan atau caraNya memberikan kemudahan, pandemi terjadi dan segala sesuatunya (mau tidak mau) melambat. Saya pun memiliki alasan untuk mengurangi kegiatan dan fokus pada kehamilan.

Namun, masalah lain muncul. 

Bagaimana menjaga diri dan kandungan selama pandemi? Apakah aman memeriksakan diri di rumah sakit dalam kondisi seperti saat ini? Ketika menjelang saatnya bersalin nanti, bagaimana protokol yang akan berlaku? Dan sejuta tanya lainnya.

Tujuh bulan terakhir, ini yang saya lakukan.

Menghindari Rumah Sakit



Saat-saat awal memastikan kehamilan, saya masih memeriksakan diri di rumah sakit langganan - tempat saya melahirkan anak pertama. Awal Februari situasi di Jakarta masih sangat kondusif dan walau virus Corona sudah datang di berbagai belahan dunia lain, Indonesia belum menunjukkan adanya kekhawatiran akan datangnya virus ini.

Jadi, saya masih tenang temu kangen dengan obgyn favorite dahulu kala, yang juga menyambut kedatangan kami dengan bahagia. Akhirnya, kata beliau saat menyambut kami.

Masuk bulan ketiga, pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Protokol kesehatan pun diperketat, terutama tentu saja rumah sakit. Rumah sakit tujuan saya juga menjadi rujukan pasien yang terkena Covid-19. Tentu saja saya mundur teratur untuk kembali kontrol kandungan.

Mulailah pencarian klinik bersalin, rumah sakit ibu dan anak atau rumah bersalin dilakukan. Apa saja yang meminimalisir pertemuan dengan pasien sakit. 

Setelah mencoba satu rumah bersalin dekat rumah, yang tentu saja fasilitasnya kalah dengan rumah sakit langganan, saya pun tidak tahan untuk tidak kembali lagi ke obgyn langganan. Namun saat kontrol, sungguh shock sekali melihat protokol rumah sakit yang sangat ketat dan obgyn yang memakai perlindungan ekstra. 

Bulan ketujuh ini saya mencoba klinik lainnya dan cukup puas untuk sekedar kontrol, karena klinik ini tidak menyediakan fasilitas bersalin. Bulan depan sudah harus kontrol lagi dan sampai sekarang, saya masih belum tahu akan kontrol kemana.

Tentu saja tidak kembali ke rumah sakit. Angka pasien terinfeksi masih sangat tinggi, better be safe than sorry.

Bergabung dengan Support Group



Birth Club (BC) atau komunitas support group yang terdiri dari ibu-ibu yang memiliki bayi dengan bulan atau tahun kelahiran yang sama, saat ini marak di Indonesia. Tren ini sepertinya sudah berjalan hampir satu dekade terakhir. 

Apabila sebelumnya komunitas ini banyak ada di forum-forum internet, beberapa tahun terakhir lebih banyak ditemukan dalam versi whatsapp group. Saya sendiri bergabung dengan komunitas bulan kelahiran anak pertama saya setelah satu bulan melahirkan. Telat mengetahui keberadaan komunitas tersebut pastinya.

Saya mendapatkan banyak manfaat dari bergabung dengan BC anak pertama saya, apalagi ibu baru kan ya, semuanya masih serba aneh. Di sini, saya bisa bebas berbagi cerita dan mendapat banyak masukan juga untuk berbagai hal. Mengingat anak-anak kami semuanya seusia, mudah juga untuk saling bertanya masalah-masalah tumbuh kembang anak. 

Berbekal pengalaman tersebut, kali ini saya lebih cepat mencari kalau-kalau ada komunitas BC untuk calon anak kedua saya. Mencarinya mudah kok, search saja di instagram dengan kata kunci: october2020 atau bcoctober2020 misalnya. Pasti ada saja yang sudah membuat akun instagram dan mengajak calon ibu-ibu yang akan melahirkan di bulan bersangkutan untuk bergabung. 

BC ini membantu saya untuk refresh persiapan (kembali) menyongsong bayi dan update dengan dunia perbayian yang sudah saya tinggalkan lima tahun lalu. 

Update Kondisi Setiap Saat



Terakhir dan paling penting, walau tampak menakutkan, tetap  harus selalu update akan perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia, terutama di daerah tempat tinggal kita.

Hamil memang bukan berarti sakit, tapi daya tahan tubuh juga berbeda dengan ketika tidak mengandung. Kali ini, ada satu nyawa lagi yang sedang kita bawa, jadi alangkah egoisnya apabila calon ibu tidak memperhatikan kesehatan diri dan sang jabang bayi.

Mengikuti perkembangan kasus Covid-19 sebenarnya salah satu cara saya untuk bertanggung jawab terhadap calon anak kedua saya, agar saya tahu apa yang sebaiknya saya lakukan dan tidak lakukan. Demi keselamatan bersama.

***

Apa saja yang sudah Anda lakukan di kehamilan selama masa pandemi ini?