Friday, June 22, 2018

Mengapa Selective Attention (Perhatian Selektif) itu Ada

negativespace.co at pexels
Mengapa dari gambar di atas, mata kita langsung tertuju pada gagang telepon, padahal posisinya hanya memenuhi 20% dari keseluruhan bidang foto?
Mengapa kita bisa mengobrol akrab dengan teman ketika makan siang, walaupun restoran tempat kita berada terletak di tengah-tengah keramaian pusat perbelanjaan?
Mengapa tanggal lahir anggota keluarga, misal orangtua atau anak, lebih mudah diingat dibandingkan dengan tanggal lahir rekan satu meja di kantor?
Mengapa satu lagu tertentu bisa menjadi lagu favorit diantara jutaan lagu yang dirilis di luar sana?
Mengapa kita bisa sangat berkonsentrasi dengan ponsel di tengah hiruk-pikuk suara televisi dan orang berbicara di ruang keluarga?

Coba lihat video berikut dan fokuskan perhatian pada instruksi yang diberikan:


Video di atas menjelaskan sistem kerja pikiran untuk melakukan fokus hanya pada tugas yang diberikan, dan melupakan hal lain yang tidak dianggap penting. Dalam hal ini, menghitung banyaknya bola yang dilempar di antara pemain berkaus putih dianggap penting dan secara alamiah membuat pikiran menutup diri akan kejadian-kejadian yang terjadi diluar aktivitas tersebut. Tentu saja tujuannya agar lebih fokus dalam menghitung.

Manusia menerima bermacam stimulus dalam setiap aktivitas kehidupannya melalui panca indranya. Sekitar 15% stimulus diterima melalui pendengaran dan 80% melalui penglihatan (visual). Bayangkan kalau manusia menerima semua stimulus yang ada, bahkan dalam ruangan yang kosong tanpa aktivitas apapun, panca indra manusia tetap bekerja. Dalam keadaan diam tanpa kegiatan, kinerja indra akan lebih cepat. Suara sekecil apapun terdengar, misalnya.
Selective attention is the ability to notice and pay attention to some environmental stimuli and not others.

Attentive atau perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Satu eksperimen menarik dilakukan Colin Cherry terkait selective attention. Asal muasalnya adalah sebagai insinyur, ia ingin membantu petugas traffic controller yang bertugas di bandara untuk mengeliminasi suara-suara yang tidak penting dan fokus pada sinyal tertentu. 

Eksperimen yang dilakukannya sederhana. Ia mengirimkan dua pesan yang berbeda pada kedua telinga responden pada saat bersamaan, pada beberapa situasi berbeda. Hasilnya, mudah sekali untuk manusia menyaring apa yang ingin didengar. 

gambar dari sini
Teori ini dikenal dengan nama cocktail party effect. Seperti dalam suatu pesta, di tengah bisingnya suasana, kita tetap mampu berkomunikasi dengan seseorang. Walau mungkin harus meninggikan suara lebih dari biasanya.

Alamiah rasanya selective attention itu ada dalam diri manusia, namun bukan berarti dapat dijadikan alasan. Kembali kepada tes menghitung lemparan bola di atas, saking fokusnya pada satu tugas yang diberikan membuat kita melupakan suasana sekitar. Bayangkan dalam situasi lain, ketika diri hanya fokus pada hal yang menarik hati, melupakan ada banyak orang lain yang mungkin tidak memiliki ketertarikan yang sama. Apakah itu berarti kita benar dan orang lain salah? Apakah kita yang mementingkan meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman, lebih baik dari mereka yang memilih menyendiri menghabiskan waktu dengan hobi yang berbeda? Apakah solusi atas rencana keuangan yang kita pilih lebih baik dari cara orang lain mengelola keuangannya?

Kembali lagi, selective attention melakukan penyaringan banyak informasi yang menurut kita tidak penting. Padahal penting itu relatif. Tentu tidak salah memiliki perhatian selektif, hidup akan menjadi lebih fokus pastinya dan less stress. Perlu diingat hanya pentingnya menyadari bahwa pilihan lain itu ada, dan siapa tahu mengenalinya ternyata menjawab beberapa pertanyaan yang selama ini belum terjawab. 

Mau coba memulai mengenali sekitar?
Coba cek kembali video di bawah ini:



Apakah kali ini kita cukup memerhatikan sekitar kita?


0 comments:

Post a Comment