Sunday, August 3, 2025

Kayutangan Heritage Malang: Menyusuri Jejak Kolonial


Malang dikenal sebagai kota yang sejuk, ramah, dan penuh kejutan. Dari wisata alam di Batu, kuliner malam di Alun-Alun, hingga kafe-kafe unik yang berserakan di sudut kota, semuanya menggoda untuk dijelajahi. Tapi ada satu kawasan yang bisa jadi belum masuk radar banyak orang, padahal menyimpan sejarah panjang dan atmosfer yang begitu kuat: Kayutangan Heritage.

Terletak di jantung kota Malang, kawasan Kayutangan bukan cuma jalan biasa yang dipenuhi lalu-lalang kendaraan. Ia adalah saksi bisu perkembangan kota sejak zaman kolonial Belanda, dan kini menjelma menjadi kawasan wisata heritage yang penuh warna, seni, dan tentu saja spot-spot Instagramable. Buat kamu yang ingin menikmati wisata urban dengan nuansa masa lalu, Kayutangan bisa jadi alternatif yang menyenangkan.

Jalan Basuki Rahmat Menjadi Kawasan Kayutangan

Secara geografis, kawasan ini terletak di sekitar Jalan Basuki Rahmat, tapi warga Malang lebih akrab menyebutnya sebagai “Kayutangan.” Nama ini sendiri konon berasal dari bentuk persimpangan jalan yang menyerupai telapak tangan dengan jari-jari yang menyebar ke berbagai arah.

Di masa lalu, Kayutangan adalah pusat kegiatan ekonomi dan sosial. Gedung-gedung tua peninggalan Belanda masih berdiri kokoh, beberapa direnovasi, beberapa tetap mempertahankan keasliannya. Revitalisasi besar-besaran oleh Pemkot Malang membuat kawasan ini kini lebih ramah pejalan kaki, lebih bersih, dan jauh lebih estetik. Bahkan, suasananya bisa mengingatkan kita pada kawasan heritage seperti Braga di Bandung atau Kota Tua di Jakarta, tapi dengan sentuhan khas Malang yang lebih adem dan santai.


Jalan Santai Menyusuri Masa Lalu

Satu hal yang membuat Kayutangan Heritage unik adalah atmosfernya. Berjalan di sepanjang trotoar lebar yang dihiasi lampu-lampu bergaya vintage, kamu akan melihat berbagai mural sejarah, kutipan sastra, serta papan informasi yang menjelaskan sejarah bangunan-bangunan ikonik di sepanjang jalan.

Beberapa bangunan yang patut kamu perhatikan antara lain:

  • Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yang dibangun tahun 1905 dan masih aktif digunakan hingga kini.

  • Hotel Pelangi, salah satu hotel tertua di Malang yang dulunya menjadi tempat menginap para bangsawan dan tokoh penting.

  • Gedung Esia (eks Kantor Bank Escompto) yang memiliki arsitektur bergaya art deco.

  • Gedung Oen, restoran legendaris yang menyajikan masakan klasik Belanda dan Indonesia.

Setiap langkah di Kayutangan terasa seperti menjelajahi buku sejarah yang hidup.


Menikmati Kuliner Malang Tempo Doeloe

Salah satu daya tarik utama dari Kayutangan adalah kulinernya. Banyak kedai dan kafe yang sengaja mengusung tema klasik untuk melengkapi atmosfer heritage-nya. Di sini, kamu bisa menikmati secangkir kopi sambil memandang bangunan tua, atau mencicipi camilan lawas yang jarang ditemukan di tempat lain.

Beberapa tempat yang wajib kamu coba antara lain:

  • Toko Oen, tempat legendaris yang tak lekang oleh waktu. Kamu bisa mencoba es krim homemade, bistik lidah sapi, atau nasi goreng Jawa khas jaman dulu.

  • Depot Hok Lay, terkenal dengan cwie mie Malang dan minuman khas bernama Fosco (susu coklat dalam botol kaca).

  • Racik Tempo Doeloe, kafe baru bergaya vintage yang menyajikan makanan tradisional dengan plating cantik.

Ada juga banyak penjual makanan kaki lima yang menjajakan sempol, cilok, dan gorengan khas Malang di sepanjang trotoar. Sambil ngemil, kamu bisa duduk-duduk di bangku taman yang disediakan, menikmati musik jalanan, atau sekadar ngobrol santai dengan warga lokal.

Spot Foto Estetik: Surga Para Pemburu Konten

Buat generasi visual yang suka mengabadikan momen di Instagram atau TikTok, Kayutangan Heritage adalah surganya. Trotoar dengan mozaik cantik, mural artistik, pencahayaan malam yang dramatis, dan bangunan kolonial menjadi latar sempurna untuk foto-foto estetik.

Bahkan, banyak prewedding dan video klip musik yang mengambil latar di kawasan ini. Malam hari menjadi waktu favorit karena lampu-lampu jalan bergaya klasik menyala hangat, menciptakan suasana romantis dan sedikit misterius.


Event dan Aktivitas Seru

Kayutangan tidak hanya jadi tempat wisata pasif. Seringkali, kawasan ini jadi pusat kegiatan budaya seperti:

  • Festival Malang Heritage yang menampilkan parade kostum vintage, pertunjukan seni tradisional, dan bazar kuliner.

  • Malang Art Week, di mana seniman lokal memamerkan karyanya di ruang publik.

  • Live Music & Street Performance, terutama saat akhir pekan, dengan berbagai genre musik dari jazz, keroncong, sampai akustik indie.

Waktu terbaik untuk mengunjungi Kayutangan adalah sore hingga malam hari. Selain lebih adem, suasana lampu jalan menambah estetika suasana. Namun kalau ingin suasana sepi untuk foto, pagi hari sekitar jam 6–8 juga ideal.


Akses Transportasi: Mudah dan Terjangkau

Kelebihan lain dari Kayutangan adalah lokasinya yang sangat strategis. Kamu bisa menjangkaunya dengan berbagai moda transportasi:

  • Naik angkot: Hampir semua rute angkot melewati kawasan ini. Tinggal bilang ke sopir, “turun Kayutangan ya, Pak.”

  • Naik ojek online: Cukup ketik “Kayutangan Heritage” di aplikasi, dan kamu akan diantar langsung ke area pedestrian.

  • Jalan kaki: Kalau kamu menginap di sekitar Alun-Alun Malang atau Stasiun Kota Baru, Kayutangan bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10–15 menit.

  • Mobil pribadi/parkir: Tersedia beberapa kantong parkir di seputaran Jalan Majapahit dan Jalan Semeru.

Tiket Masuk? Gratis!

Yep, kamu tidak salah baca. Masuk ke kawasan Kayutangan Heritage tidak dikenakan biaya. Kamu bebas berjalan-jalan, foto-foto, atau duduk santai tanpa harus bayar tiket masuk. Tapi tentu saja, kalau kamu mau masuk ke museum mini, ngopi di kafe, atau beli makanan, ya tetap perlu keluar uang.

Namun perlu diingat, meskipun gratis, kawasan ini tetap dijaga kebersihannya. Banyak petugas yang keliling untuk memastikan area tetap nyaman. Jadi, penting untuk tidak buang sampah sembarangan dan menghargai fasilitas umum yang ada.

Tips Berkunjung ke Kayutangan Heritage:

  1. Datang saat weekday kalau ingin suasana lebih sepi.

  2. Gunakan outfit bergaya retro atau earthy tone supaya nyatu dengan latar bangunan.

  3. Jangan lupa bawa power bank — kamu bakal sering buka kamera!

  4. Sediakan uang tunai kecil, karena beberapa pedagang kaki lima belum menerima QRIS.

  5. Kalau datang malam hari, tetap waspada dan jaga barang bawaan.

Di tengah maraknya tempat wisata modern dengan wahana high-tech atau atraksi buatan, Kayutangan menawarkan sesuatu yang lebih dalam: jiwa dari sebuah kota. Di sini kamu bisa merasakan denyut nadi Malang lama yang berpadu dengan wajah baru yang ramah pejalan kaki dan estetis. Sebuah contoh revitalisasi kota yang berhasil menjaga identitas tanpa kehilangan sentuhan masa kini.

Jadi, kalau kamu sedang merencanakan liburan ke Malang dan bosan dengan destinasi mainstream, coba deh sempatkan sehari untuk menyusuri Kayutangan Heritage. Siapa tahu, kamu nggak cuma dapat foto keren, tapi juga pulang dengan rasa hangat dan cerita yang bisa dibagikan ke siapa saja.


0 comments:

Post a Comment