Sunday, October 26, 2025

Review Musikal Petualangan Sherina 2025

 


Hari Sabtu itu terasa istimewa sejak pagi. Anak-anak sudah bangun lebih awal dari biasanya, sibuk menyiapkan tas kecil berisi air minum dan jaket. Di rumah kami, nama “Sherina” bukan sekadar tokoh film, ia bagian dari kenangan keluarga. Jadi ketika musikal Petualangan Sherina 2025 diumumkan akan tampil di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), tidak butuh waktu lama bagi kami untuk memutuskan: kami harus menonton.

Kali ini sedikit berbeda dengan saat saya menonton versi 2022 bersama anak pertama saya. Sekarang kami datang sebagai keluarga lengkap: saya, suami, dan dua anak kakak perempuan yang kini sudah SD kelas 4 serta adik laki-lakinya yang baru saja masuk TK. Dua-duanya penggemar berat Petualangan Sherina 1 dan 2, hafal lagunya, bahkan sering menirukan adegan Sherina dan Sadam.

Kami berangkat dari Depok sekitar pukul sebelas siang. Karena pertunjukan dijadwalkan mulai pukul 14.00, kami sepakat untuk makan siang dulu di sekitar area TIM yang sekarang sudah banyak perubahannya. 

Begitu memasuki lobi teater, saya langsung merasakan nostalgia. Aroma khas gedung pertunjukan, suara langkah kaki penonton, dan alunan musik instrumental dari lagu-lagu film Sherina memenuhi udara. Kami berhenti sejenak di booth foto untuk mengambil kenang-kenangan. 

Kami menunjukkan tiket dan diarahkan ke balkon lantai dua. Tempat duduk kami berada paling depan, posisi yang ternyata sempurna, tidak terhalang apa pun dan cukup tinggi untuk melihat keseluruhan panggung. Dari atas, saya bisa melihat panggung yang sedang temaram, dihiasi lampu-lampu yang perlahan mulai menyala.

Babak Pertama: Dunia Sherina yang Hidup Kembali

Tepat pukul dua, lampu ruangan mulai meredup dan suara musik pengantar terdengar. Hening seketika menyelimuti seluruh teater. Saat tirai perlahan terbuka, rumah keluarga Sherina muncul di atas panggung dengan detail yang luar biasa warna-warna cerah, suasana hangat, dan tawa anak-anak sekolah yang memenuhi adegan awal.

Pemeran Sherina versi 2025 tampil memukau: ceria, berani, dan penuh energi. Suaranya kuat, gerakannya lincah, dan interaksinya dengan para pemain lain terasa alami. Anak-anak saya terpaku; suami saya pun terlihat kagum.

Musikal ini membawa kami pada perjalanan nostalgia. Lagu-lagu lama seperti Lihatlah Lebih Dekat kembali menggema dengan aransemen baru yang lebih modern, namun tetap mempertahankan jiwa aslinya. Adegan sekolah dibuat dengan koreografi yang dinamis, penuh tawa dan gerakan serempak yang memukau.


Babak Kedua: Petualangan Dimulai

Setelah jeda sekitar 15 menit, pertunjukan dilanjutkan. Kali ini suasananya berubah drastis. Lampu menjadi gelap, suara alam dan hembusan angin terdengar dari sistem surround teater, dan tiba-tiba hutan besar terbentuk di atas panggung.

Adegan ketika Sherina dan Sadam diculik lalu kabur dari para penjahat terasa menegangkan sekaligus seru. Koreografinya sangat rapi, dan musik pengiringnya membuat penonton ikut menahan napas.

Saya sempat melirik anak laki-laki saya yang duduk terpisah satu kursi dari saya, tubuhnya condong ke depan, matanya tak berkedip. “Sadamnya keren banget!” katanya setengah berbisik, tapi dengan semangat luar biasa.

Puncak dari babak kedua ketika adegan penculikan di hutan dan bayangannya berputar di sekitar area panggung, bagus sekali. Anak-anak saya menatap ke atas dengan mulut sedikit terbuka, terpana oleh efek visualnya. 

Pesan di Balik Kisah: Tentang Keberanian dan Persahabatan

Bagi anak-anak, mungkin Petualangan Sherina adalah kisah seru tentang petualangan dua anak yang berani melawan penculik. Tapi bagi saya sebagai orang tua, kisah ini jauh lebih dalam. Ia bercerita tentang keberanian untuk jujur, tentang membela kebenaran, dan tentang bagaimana perbedaan bisa berubah menjadi kekuatan ketika ada niat baik.

Kakak sempat berkata pelan di sela tepuk tangan, “Ma, Sherina-nya tuh kayak aku deh. Kalau lihat temen dijahatin, aku juga pengin bantu.” Saya tersenyum, merasa pesan dari panggung itu benar-benar sampai pada mereka.

Musikal ini bukan hanya hiburan, tapi juga sarana refleksi kecil bagi keluarga kami, tentang menjadi berani, percaya diri, dan tetap baik hati.

Akhir yang Mengharukan dan Penuh Semangat

Menjelang akhir, seluruh pemain berkumpul di panggung. Lagu terakhir dibawakan dengan penuh energi, disambut tepuk tangan panjang dari seluruh penonton. Saya dan suami ikut memberi tepuk tangan paling keras, sementara anak-anak melambai ke arah panggung seolah ingin mengucapkan terima kasih langsung.

Ketika semua lampu menyala kembali, suasana di teater masih terasa hangat. Banyak penonton yang enggan beranjak, masih sibuk berfoto di dalam ruangan atau saling memuji pertunjukan barusan.


Mengapa Musikal Ini Spesial

  1. Kualitas Produksi yang Luar Biasa
    Tata panggung, musik live, dan pencahayaan di Musikal Petualangan Sherina 2025 benar-benar setara dengan pertunjukan internasional.

  2. Kisah yang Relevan untuk Semua Umur
    Anak-anak tertawa, orang dewasa terharu—artinya cerita ini berhasil menjangkau dua generasi sekaligus.

  3. Nilai Positif yang Kuat
    Tentang keberanian, kejujuran, dan semangat untuk selalu melihat hal baik di sekitar kita.

  4. Pengalaman Keluarga yang Menghangatkan
    Tidak banyak kegiatan yang bisa dinikmati bersama oleh semua anggota keluarga, tapi musikal ini berhasil melakukannya

Dan keseruan hari itu belum berhenti di teater. Setelah pertunjukan usai, kami memutuskan untuk tidak langsung pulang, melainkan menghabiskan waktu sejenak di sekitar kawasan Taman Ismail Marzuki. Udara sore yang mulai sejuk terasa menyenangkan setelah dua jam berada di dalam ruangan ber-AC.

Kami berjalan santai di pelataran, menikmati pemandangan orang-orang yang sedang beraktivitas seni: ada anak muda yang bermain gitar hingga sekelompok mahasiswa yang sedang berlatih teater di area terbuka. Anak-anak tampak tertarik melihat mural besar bergambar tokoh seni Indonesia di salah satu dinding gedung.

Tak jauh dari situ, kami menemukan penjual bakso keliling yang mangkal di depan area TIM. Kami pun berhenti dan menikmati semangkuk bakso panas sambil duduk di bangku taman. Rasanya sederhana tapi nikmat, apalagi ditemani udara sore yang mulai berangin dan langit yang perlahan berwarna jingga keunguan.


Setelah itu, kami berjalan memutari kompleks TIM. Suami saya memotret anak-anak yang berlari kecil di sepanjang trotoar.

Di tengah tawa anak-anak dan aroma bakso yang masih tersisa di udara, saya berpikir: mungkin inilah bentuk petualangan kecil kami. Tidak harus ke hutan seperti Sherina dan Sadam, tapi cukup berjalan bersama keluarga, menikmati seni, dan merayakan waktu bersama.

Dan di tengah cahaya senja yang mulai memudar, saya tahu satu hal pasti, sore itu, di TIM, kami benar-benar mengalami petualangan Sherina kami sendiri. 

0 comments:

Post a Comment