Siang hari itu saya berniat mencari tempat untuk bekerja beberapa jam di area Cikini, setelah sebelumnya ada acara di sekitar situ. Area Cikini cukup menyenangkan untuk saya karena lokasi stasiun keretanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki ke rumah saya di area Depok. Seperti biasa, kebutuhan saya untuk WFH atau WFC sederhana: tempat yang punya colokan, WiFi yang stabil, suasana yang tidak terlalu bising, dan kalau bisa, tentu saja makanan dan minuman yang enak dengan harga terjangkau. Tapi ternyata, yang saya temukan hari itu jauh lebih dari sekadar tempat singgah untuk WFH. Saya menemukan Kopikina, sebuah coffee shop yang bukan hanya nyaman, tapi juga terasa hangat, bersahabat, dan bikin betah.
Saat masuk ke dalamnya, suasana cozy langsung terasa, mungkin karena nuansa kayu yang mencolok, terasa seperti masuk ke teras rumah. Saya memilih duduk di sudut dekat pintu masuk, persis di balik kaca besar yang menghadap ke area luar. Posisi ini terasa pas, cukup dekat dengan keramaian, tapi tetap terasa “terpisah”. Dari kursi saya, pemandangan jalan Cikini jelas terlihat.
Meski menjelang jam makan siang suasana semakin ramai, area tempat saya duduk tetap terasa aman dan nyaman untuk bekerja. Suara obrolan terdengar seperti gumaman latar, tidak mendominasi. Ditambah lagi, lokasi duduk saya dekat dengan colokan listrik, memastikan laptop dan ponsel aman, baterai tidak jadi kecemasan.
Pencahayaan di area ini terasa pas. Tidak terlalu terang, tapi juga tidak redup. Cahaya alami dari luar masuk melalui kaca besar, memantul lembut ke meja dan layar laptop saya. Rasanya seperti bekerja di ruang transisi antara dunia luar yang sibuk dan dunia saya yang fokus.
Kesibukan Menjelang Makan Siang, Tapi Tetap Nyaman untuk Fokus
Sekitar pukul sebelas siang, suasana Kopikina mulai berubah. Beberapa pengunjung datang berkelompok, sebagian tampak seperti rekan kerja yang akan makan siang bersama. Ada juga yang baru datang dengan laptop di tangan, mungkin berniat bekerja seperti saya. Untuk saya, meski ramai, suasananya tidak terasa bising.
Saya sempat melakukan video conference singkat via Gmeet dan suara lawan bicara terdengar jelas, tanpa harus menaikkan volume berlebihan. Dari sisi saya pun, suara saya bisa terdengar dengan baik. Ini menjadi salah satu indikator penting bahwa Kopikina memang cukup serius memperhatikan kenyamanan pengunjung untuk bekerja.
Awalnya, saya memang hanya berniat memesan kopi dan snack ringan. Tapi waktu berjalan lebih cepat dari yang saya kira. Tanpa terasa, jam sudah mendekati makan siang. Saya pun membuka menu lagi, kali ini lebih serius memperhatikan pilihan makanan berat.
Pilihan saya jatuh pada nasi goreng khas Kopikina, menu yang ternyata cukup sering direkomendasikan oleh pengunjung lain. Keputusan yang sangat tepat.
Suapan pertama langsung memberi kesan yang jelas: rasanya gurih, tidak terlalu berminyak, dengan keseimbangan bumbu yang pas. Ada rasa smokey tipis yang biasanya muncul dari nasi goreng yang dimasak dengan api cukup besar. Potongan lauknya tidak pelit, dan porsinya pas untuk mengisi perut tanpa membuat terlalu berat untuk lanjut bekerja.
Tentu saja, WFH di coffee shop tidak pernah lengkap tanpa secangkir kopi. Kopi yang saya pesan di Kopikina terasa cocok untuk selera saya, tidak terlalu asam, tidak terlalu pahit, dan punya body yang nyaman di tenggorokan. Ini jenis kopi yang bisa diminum perlahan sambil mengetik, bukan yang harus diminum cepat karena terlalu menampar lidah.
Salah satu alasan utama kenapa saya betah berlama-lama di Kopikina adalah suasananya yang terasa ramah untuk bekerja. Tidak ada kesan “dipaksa cepat pergi”, seperti beberapa tempat yang terlalu ramai dan tidak menyediakan cukup ruang untuk duduk lama.
Posisi duduk saya yang menghadap ke kaca besar juga memberi keuntungan visual. Saya bisa sesekali mengalihkan pandangan dari layar laptop ke luar, melihat dunia berjalan, tanpa benar-benar hanyut di dalamnya. Ini adalah jenis distraksi yang justru menenangkan, bukan melelahkan.
Ada banyak tempat ngopi yang mengaku ramah untuk WFH, tapi tidak semuanya benar-benar nyaman saat dipakai bekerja lebih dari satu jam. Di Kopikina, saya tidak merasa diburu waktu. Tidak ada gestur tak sabar dari staf, tidak ada tekanan untuk segera mengosongkan meja.
Saya bekerja tanpa merasa “menumpang”. Bahkan setelah menyelesaikan makan siang, saya masih melanjutkan pekerjaan beberapa saat, menyelesaikan satu per satu to-do list yang sejak pagi menumpuk.
Salah satu hal yang membuat Kopikina terasa nyaman adalah soal harga. Untuk ukuran area Cikini, harga menu di sini masih tergolong masuk akal. Baik kopi maupun makanan beratnya terasa sepadan dengan kualitas rasa dan suasana yang ditawarkan.
Nasi goreng khas Kopikina yang saya pesan tidak hanya mengenyangkan, tapi juga memberi pengalaman rasa yang menyenangkan. Ini penting, karena sering kali tempat nyaman justru mengorbankan kualitas makanan. Di sini, keduanya berjalan seimbang.
Kopikina adalah Tempat Singgah yang Menenangkan
Tanpa terasa, saya menghabiskan waktu lebih lama dari yang saya rencanakan. Awalnya hanya ingin WFH sebentar, ternyata pekerjaan mengalir dengan nyaman. Bahkan setelah tugas-tugas utama saya selesai, saya masih duduk beberapa saat, menikmati suasana, menghabiskan kopi, dan membiarkan diri saya benar-benar hadir di momen itu.
Hari itu, saya tidak hanya menemukan tempat untuk bekerja. Saya menemukan ruang untuk bernapas. Sebuah sudut kecil di Cikini yang memberi saya ritme baru: bekerja tanpa terburu-buru, makan siang tanpa rasa bersalah karena meninggalkan laptop, dan menikmati kopi tanpa harus merasa canggung duduk terlalu lama.
Kopikina menjadi pengingat bahwa WFH tidak selalu harus dilakukan dari kamar atau meja kerja yang sama setiap hari. Terkadang, mengganti suasana justru membantu kita menemukan kembali fokus yang sempat hilang.
Jika suatu hari kamu butuh tempat untuk WFH dengan suasana cozy, pemandangan jalan yang hidup, dan makanan yang memuaskan, mungkin Kopikina adalah jawaban yang sedang kamu cari.
0 comments:
Post a Comment